Supply Alkes, Supplier Alkes Terlengkap dengan harga bersaing

Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Kami melayani penjualan retail dan partai besar.

Untuk informasi lanjut, hubungi kami di
no telp 08122011619,
email: himawanucep@yahoo.com
website: supplyalkes.blogspot.com.

Senin, 01 April 2013

Kemenkes Siap Kerja Keras Perbaiki Rapor Merah Penanganan Malaria

Jakarta, Beberapa hari yang lalu, Indonesia mendapat penghargaan dari USAID berkat keberhasilannya dalam mengendalikan tuberklusis (TB). Namun di sisi lain, beberapa isu kesehatan masih ada yang perlu dibenahi. Salah satunya adalah upaya pemberantasan malaria yang dinilai mendapat rapor merah.

Untuk menilai tingginya kasus malaria, digunakan ukuran Annual Parasite Index (API), yaitu angka kesakitan malaria berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium per 1.000 penduduk dalam 1 tahun. Indonesia menargetkan di tahun 2015 nanti, angka API dapat ditekan hingga 1 per 1.000 atau kurang.

Sayangnya hasil pemeriksaan di tahun 2012 menunjukkan bahwa API di Indonesia masih berkisar di angka 1,69 per 1.000. Walau begitu, angka ini sudah mengalami penurunan dari tahun 2011 yang API-nya 1,75 per 1.000. Bahkan di tahun 1990, angkanya jauh lebih tinggi, yaitu sekitar 4 per 1.000.

"Kenapa jadi rapor merah? Karena targetnya 1. Jadi penurunan dari 1,75 ke 1,69 ke angka 1 itu yang dianggap cukup jauh. Artinya kami harus bekerja keras untuk mengubah dari 1,69 ini menjadi 1 pada tahun 2015," terang Prof dr Tjandra Yoga Aditama, Sp(K), MARS, Direktur Jenderal pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI.

Hal itu disampaikan Prof Tjandra dalam acara Kick Off Meeting Proyek ICCTF - Kemenkes 'Kajian Kerentanan: Pemetaan, Penilaian dan Adaptasi Berbasis Masyarakat pada Penyakit Demama Berdarah Dengue dan Malaria' di Hotel Nalendra, Jl. Kebon Nanas, Jakarta Timur, Rabu (27/3/2013).

Kemenetrian Kesehatan memang sudah lama menaruh perhatian khusus terhadap kasus malaria. Salah satunya adalah dengan melakukan intensifikasi atau peningkatan program penanggulangan. Upaya ini cukup membuahkan hasil dan setidaknya bisa menjelaskan mengapa angka API masih berkutat pada 1,69.

"Waktu kita bedah lagi angkanya per provinsi, ternyata saat ini sudah ada sekitar 208 juta orang di Indonesia yang tinggal di daerah dalam proses eliminasi malaria, di mana Annual Parasite Index-nya sudah 1 atau kurang dari 1. Tapi memang ada daerah-daerah tertentu di daerah timur Indonesia yang API-nya tinggi. Akibatnya rata-rata nasional jadi terangkat 1,69," terang Prof Tjandra.

Tak hanya itu, upaya penemuan kasus makin ditingkatkan dalam beberapa tahun terakhir. Caranya adalah dengan melakukan pemeriksaan, baik melalui mikroskopik ataupun rapid diagnostic test. Akibatnya, terjadi peningkatan laporan ditemukannya kasus malaria sehingga menimbulkan kesan angka API kurang tajam penurunannya.

"Sejak 2009, persentase penggunaan diagnosis dengan mikroskop dan rapid diagnostic test saat ini sudah lebih dari 80 persen, di mana tadinya hanya sekitar 30 persen. Jadi dari segi proses, diagnosis sudah berjalan dengan sangat baik," ujar Prof Tjandra.

Dari segi pengobatan, Prof Tjandra juga memaparkan bahwa penanganannya sudah cukup baik. Data menunjukkan bahwa 85 persen warga yang terjangkit malaria sudah diobati dengan ACT (Artemisinin Combination Therapy), sedangkan tadinya hanya 20 persen. Meningkatnya penggunaan obat ini ditunjukkan dengan berkurangnya angka kematian.

Pada tahun 2009, ada sekitar 900-an orang yang meninggal karena malaria di Indonesia. Dengan penggunaan obat yang makin meningkat, angkanya turun menjadi 400-an pada tahun 2010 dan di tahun 2011 turun lagi menjadi sekitar 100-an. Jadi Tampaknya memang dijumpai adanya penggunaan obat yang baik sehingga menurunkan angka kematian secara signifikan.

(pah/vit)



Sumber Detik



Alat Laboratorium

Tidak ada komentar:

Posting Komentar