Supply Alkes, Supplier Alkes Terlengkap dengan harga bersaing

Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Kami melayani penjualan retail dan partai besar.

Untuk informasi lanjut, hubungi kami di
no telp 08122011619,
email: himawanucep@yahoo.com
website: supplyalkes.blogspot.com.

Selasa, 16 April 2013

Infeksi Kutu Langka Ini Masuk ke Tubuh Bocah Lewat Transfusi Darah

Jakarta, Baru-baru ini seorang bocah berusia 9 tahun asal Georgia, AS diketahui terkena infeksi langka akibat gigitan kutu yang disebut dengan ehrlichiosis. Namun anehnya infeksi itu tak diperolehnya dari kontak langsung dengan kutu tapi melalui transfusi darah. Kok bisa?

"Ini pertama kalinya infeksi ini ditularkan lewat transfusi darah. Tapi meski jarang ditemui, infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini dapat berakibat serius dan fatal," kata Dr. Joanna Regan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Masalahnya, ehrlichiosis seringkali tak terdeteksi karena kebanyakan tes rutin tidak mendiagnosis penyakit ini dan banyak orang yang tak menyadari jika telah digigit kutu. Dalam kasus bocah Georgia yang terjadi pada musim panas 2011 itu, kondisi si anak terus menurun selama 10 hari hingga akhirnya pakar patologi menemukan infeksi tersebut.

Keluarga si bocah juga tak punya alasan untuk menduga adanya infeksi akibat gigitan kutu tersebut, pasalnya anak ini menderita acute lymphoblastic leukemia dan jarang bermain di luaran. Kanker yang dialami si anak ini juga merupakan kanker yang paling sering ditemui pada anak-anak dan tingkat kesembuhannya tinggi. Tercatat 85 persen anak penderita acute lymphoblastic leukemia dapat disembuhkan.

Tapi pengobatan kemoterapi yang dialaminya selama ini telah membuat si bocah laki-laki ini terserang anemia sehingga ia harus menerima tiga kali transfusi darah sebulan sebelumnya. Oleh keluarganya, ia pun dibawa ke dokter spesialis kanker dengan gejala demam, muntah-muntah dan munculnya ruam.

"Muncul gejala-gejala klasik dari tubuhnya; ruam, jumlah sel darah putih rendah, dan platelet atau plasma darah rendah, tapi tidak ada kemungkinan paparan kutu, makanya mereka tidak berpikir sejauh itu. Justru banyak kemungkinan penyakit lain yang bisa membuat si anak jatuh sakit seperti infeksi bakteri biasa atau pneumonia," kata Regan.

Beruntung beberapa saat kemudian pakar patologi menemukan gejala bakteri lain di sel darah putih si anak. Sesaat setelah dokter memberikan antibiotik doxycycline, barulah kondisi si anak membaik dan ia diperbolehkan pulang ke rumah.

Tim dokter pun melacak donor dari ketiga transfusi darah yang didapatkan si anak. Ternyata salah satu dari pendonor dilaporkan sering digigit kutu. Donor tersebut tinggal di Florida dan tes lebih lanjut menunjukkan pendonor tersebut memiliki antibodi yang melawan bakteri Ehrlichia di dalam tubuhnya.

Setelah ditelusuri lebih jauh, selain si bocah Georgia, ada delapan pasien lain yang menerima transfusi dari donor asal Florida tersebut. Yang mengejutkan, tiga pasien diantaranya meninggal beberapa hari kemudian dengan penyebab yang tak berkaitan dengan bakteri Ehrlichia dan lima pasien lainnya dinyatakan negatif terserang ehrlichiosis.

"Masalahnya donor itu tidak menunjukkan gejala-gejala ehrlichiosis, itulah yang membuat ini semakin rumit. Dari tes laboratorium, darah dari si pendonor juga terlihat normal meskipun orang yang bersangkutan dilaporkan berulang kali digigit kutu," keluh Regan seperti dilansir Huffingtonpost, Jumat (5/4/2013).

Kasus yang telah dipublikasikan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases ini pun mendorong para dokter agar lebih waspada terhadap berbagai infeksi yang dapat ditularkan lewat transfusi darah. Pada tahun 2011, CDC melaporkan adanya 162 kasus infeksi akibat gigitan kutu yang disebut babesiosis selama tiga dekade yang ternyata ditularkan lewat transfusi darah.

Angka kasus ehrlichiosis sendiri mulai meningkat belakangan, dari 200 kasus pada tahun 2000 menjadi 740 pada 2010. Menurut CDC, kondisi paling fatal dilaporkan terjadi pada 1-2 persen kasus dan ehrlichiosis paling banyak ditemukan di tenggara dan selatan AS.

Selain itu, Regan menyarankan agar setiap orang diminta menghindari gigitan kutu, diantaranya dengan menggunakan produk pembasmi serangga yang mengandung DEET sedikitnya 20 persen, termasuk mengecek kondisi kulit setelah seharian keluar rumah dan mandi setelah melakukan aktivitas di luaran.


(vit/vit)



Sumber Detik



Alat Laboratorium

Tidak ada komentar:

Posting Komentar