Supply Alkes, Supplier Alkes Terlengkap dengan harga bersaing

Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Kami melayani penjualan retail dan partai besar.

Untuk informasi lanjut, hubungi kami di
no telp 08122011619,
email: himawanucep@yahoo.com
website: supplyalkes.blogspot.com.

Senin, 25 Maret 2013

Saat Stres, Pura-pura Memberi Kasih Sayang Bisa Selamatkan Hubungan

Jakarta, Pasangan biasa mengungkapkan kasih sayang dan rasa cinta satu sama lain dengan berpelukan atau berciuman. Tapi mungkin tak banyak yang tahu jika pelukan dan ciuman itu belum tentu tulus. Hal ini pun telah dibuktikan oleh sejumlah studi yang mengklaim telah memecahkan alasan di balik perilaku ini.

Dalam studi yang bertajuk Understanding the Routine Expression of Deceptive Affection in Romantic Relationships tersebut, peneliti memaparkan bahwa individu yang terlibat dalam hubungan asmara seringkali mengekspresikan kasih sayang yang tak sebenarnya mereka rasakan untuk 'mempertahankan image yang baik di hadapan kekasih, manajemen atau penghindaran konflik serta manajemen emosi'.

Bahkan studi yang dilakukan oleh pakar komunikasi relasional, Sean Horan yang juga asisten profesor dari DePaul University in the College of Communication dan Melanie Booth-Butterfield, seorang profesor dari West Virginia University ini dapat memprediksi jika pasangan kekasih yang belum menikah berbohong sebanyak tiga kali dalam seminggu.

Lalu apa alasan yang mendasari mereka untuk melakukannya? Kata Horan, face saving atau mempertahankan image baik adalah motif yang paling sering dikemukakan respondennya.

"Bisa jadi untuk menyelamatkan imagenya sendiri ataupun pasangannya. Untuk dirinya sendiri, banyak responden yang beralasan seperti menutupi munculnya perasaan yang memalukan atau membuatnya terlihat rentan. Misalnya 'agar si dia tak menyadari betapa sedih atau marahnya saya'. Begitu juga ketika responden terlibat dalam situasi di mana mereka berusaha meningkatkan mood pasangan atau enggan menyakiti pasangan," terang Horan seperti dilansir timesofindia, Senin (18/3/2013).

Alasan ketiga yang diajukan responden adalah manajemen atau penghindaran konflik. Hal ini terjadi ketika seseorang ingin berhenti dari perdebatan atau menghindarinya maupun bermaksud menyelesaikan masalah atau pertengkaran diantara responden dan pasangannya.

Sedangkan alasan terakhir adalah manajemen emosi. Perilaku yang didasari alasan ini biasanya muncul ketika pasangan tiba-tiba memeluk atau mencium di luar kebiasaan atau rutinitas. "Individu yang melakukannya semata untuk menghindari pasangan merasa tersakiti dan meredakan emosi negatif," tambah Horan.

Meski studi yang dilakukan Horan terfokus pada pasangan yang belum menikah, psikiater Dr. Hansal Bhachech berpendapat bahwa kondisi yang sama juga terjadi pada pasangan menikah. Bahkan menurut Dr. Bhachech, pasangan menikah jauh lebih sering melakukannya.

"Dari waktu ke waktu, sebagian besar pasangan telah kehilangan romansa dan ketertarikan antara satu sama lain. Terkadang disertai dengan rasa bosan dan rutinitas sehari-hari semakin membuat mereka cenderung memperlihatkan pertahanan psikologis yang disebut dengan 'reaction formation' di mana seseorang berperilaku berlawanan dengan apa yang ia rasakan," terang Dr. Bhachech.

Namun dari studi yang dilakukan Horan dan Booth sebelumnya pada tahun 2010, Is It worth Lying For? Physiological and Emotional Implications of Recalling Deceptive Affection, juga terungkap bahwa individu yang pura-pura sayang seringkali tak begitu terganggu dengan kebohongan yang dilakukannya. Lagipula banyak yang percaya berbohong adalah hal yang lumrah dalam setiap hubungan. Banyak juga pasangan yang mengaku tahu soal itu dan tak berkeberatan karenanya.

Kesimpulannya studi itu mengindikasikan bahwa kepura-puraan ini tidaklah selalu buruk dan terkadang diperlukan untuk membantu mempertahankan suatu hubungan.

"Mereka cenderung menunjukkannya ketika mengalami perasaan negatif. Tapi alih-alih berkata jujur dan mengungkapkan perasaan negatifnya itu, mereka memilih menunjukkannya dengan perilaku positif dalam bentuk kasih sayang. Hal ini dilakukan untuk menghindari respons negatif termasuk mempertahankan kondisi hubungan yang ada," kata Horan.

Menanggapi studi ini, Dr. Samir Parikh, direktur Department of Mental Health and Behavioral Sciences, Fortis Healthcare merasa bahwa perilaku seperti ini menunjukkan bahwa 'kita masih punya hati'. Apalagi di zaman modern seperti ini, ketika hubungan dihadapkan pada stres, perilaku semacam itu akan membantu mempertahankan ikatan. Kendati para pakar juga memperingatkan bahaya kebohongan yang bisa jadi perusak hubungan," terang Dr. Parikh.

(vit/vit)

Konsultasi Spesialis Saraf (SpS)

Bag. Saraf RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Jl. Perintis Kemerdekaan Makassar 90245 Tel:510675-9

Konsultasi Spesialis Saraf (SpS)

RSU Balung Jl. Rambipuji No. 19 Jember Tel:0331-621017/ 621595



Sumber Detik



Info Alkes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar