Untuk informasi lanjut,
hubungi kami di
no telp 08122011619,
email: himawanucep@yahoo.com
website: supplyalkes.blogspot.com.
Menyajikan informasi akurat dan terkini penyedia alat kesehatan di Bandung Jawa Barat
Untuk informasi lanjut,
hubungi kami di
no telp 08122011619,
email: himawanucep@yahoo.com
website: supplyalkes.blogspot.com.
Isu ini bergulir setelah beredarnya broadcast BBM untuk memasang lilin guna mendoakan pengidap kanker. Belakangan, muncul bantahan bahwa broadcast tersebut hanyalah hoax, bahkan menjelaskan bahwa menyalakan lilin justru sebenarnya dapat memicu kanker. Tentu saja isu ini sama-sama kurang berdasar.
"Asap atau sisa pembakaran tak semudah itu memicu kanker. Daripada asap yang dihirup seperti itu, lebih berisiko kalau kita meminum air panas dari wadah plastik. Itu plastik kalau kena air panas bahan-bahan kimianya terurai dan bisa masuk tubuh," kata ahli kanker, dr Ramadhan, SpBOnk ketika dihubungi detikHealth, Selasa (28/5/2013).
Dr Ramadhan yang berpraktik di RS Kanker Dharmais ini menjelaskan bahwa di dalam plastik terdapat bahan-bahan kimia yang disebut polycarbonate ataupun Bisphenol yang berbahaya bila masuk ke dalam tubuh. Salah satu bahaya yang bisa ditimbulkan adalah memicu kanker.
Sayangnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang menyadari risiko bahaya tersebut. Misalnya, sering dijumpai orang yang menggunakan wadah plastik untuk membuat makanan dan minuman panas, atau menggunakan plastik untuk merebus ketupat. Padahal produk-produk plastik seperti itu tak semuanya dibuat agar tahan terpapar suhu tinggi.
"Di luar negeri itu sudah banyak kesadaran tentang hal ini. Misalnya tidak menyediakan gelas plastik untuk minuman-minuman panas," papar dr Ramadhan.
Pengelompokan jenis-jenis plastik sesuai dengan kandungan kimia dan risiko bahayanya memang sudah ada di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan. Namun nampaknya masyarakat masih acuh dan serampangan dalam menggunakan produk plastik. Apalagi bahaya yang ditimbulkan tidak segera muncul.
"Kalau untuk bisa jadi kanker memang tidak cepat. Butuh waktu 10 tahunan. Jadi misalnya terpapar sekarang, munculnya baru bertahun-tahun lagi," pungkas dr Ramadhan.
(pah/up)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar